Langsung ke konten utama

Cari tahu asal kata "duit"

Kawan, mungkin kita sudah tak asing lagi dengan kata duit, mulai dari duit panjer, duit kaget, hingga istilah mata duitan menjadi salah satu kosakata yang jamak kita dengar dalam kesehariab kita, namun, kira-kira apakah kawan tahu dari mana asal kata duit tersebut ?

Selidik demi selidik, dari percakapan dengan salah seorang kolektor senior numismatik, rahmad zainuddin dan jomink olleolla, asal kata duit berasal dari salah satu mata uang yang digunakan oleh Kongsi dagang belanda (VOC) dalam bertransaksi dengan warga pribumi. Uang yang terbuat dari tembaga ini disebut dengan "doit" menjadi cikal bakal kosakata duit yang selalu merujuk pada uang.

Uang tembaga yang berasal dari belanda ini menjadi alat transaksi di indonesia mulai tahun 1700 hingga akhir tahun 1800 bersamaan dengan bubarnya perusahaan dagang multinasional VOC dan mulai diganti dengan mata uang  negara belanda, yaitu gulden. 

Duit dibuat dengan cara di press, biasanya dicetat di provinsi berbeda di belanda, ada yang berasal dari utrect, zeelandia, hollandia, frieseland, dan nederland. Duit juga pernah mengalami pemalsuan, dimana duit palsu tersebut berasal dari surabaya dan surakarta.

Selain itu, dari buku katalog uang java auction 18, duit memiliki satuannya sendiri tergantung ukurannya. Yang memiliki nilai yang besar adalah duit dengan nominal 2, disusul koin nominal 1 duit, koin 1/2 duit, serta yang lebih kecil lagi yang sering disebut uang stuiver, namun yang lebih populer dimasyarakat kala itu adalah koin duit.

Duit memang menjadi alat yang penting dalam menunjang kebutuhan hidup kita, namun duit juga bisa menjadi alat yang berbahaya bila berada ditangan yang tidak tepat sebagaimana belanda menggunakan duit untuk membungkam suara rakyat.

Karena memang dahulu belanda sering membuat acara kenduri bagi pabriknya dan selalu ada acara bagi-bagi duit, tetapi diwaktu yang sama mereka juga membuka rumah candu dan rumah bordir didekat tempat kenduri.

Sehingga duit yang mereka peroleh akan habis di dua tempat yang dilarang oleh agama maupun bertentangan dengan nilai luhur nenek moyang kita. Dan lingkaran setan penjajahan terus bertahan hingga anak-anak mereka sadar bila cara tersebut adalah cara yang berbahaya.

Komentar