Langsung ke konten utama

Eksotisme si koin bimetal

Pernahkah kawan membayangkan punya koin yang berwarna-warni ? Mungkin bagi kawan yang suka dengan uang kertas pasti lebih mudah menemukannya. Tetapi lain cerita bila mencarinya tentang koin yang berwarna, yang jamak dalam keseharian kita adalah koin yang terbuat dari dua koin yang dipadukan menjadi satu, namanya koin bimetal.

Bahan dasar koin yang jamak di masyarakat ini menggunakan bahan logam yang terdiri dari satu jenis, misalkan dari nikel, kuningan, aluminium, maupun perunggu. Namun seiring perkembangan zaman teknik pembuatan koin semakin beragam dan tak hanya terbuat dari logam  yang jenisnya monoton. 

Mengutip dari website Balkoin bakul koin.com tentang koin bimetal yang eksotis. Dua dekade yang lalu pernah diperkenalkan varian koin yang terbuat dari dua logam yang dijadikan satu keping. Dimana dua bahan yang  berbeda warna dan jenis dicetak menjadi satu padu sehingga nampak mencolok karena sepintas terlihat seperti dua lingkaran yang lingkaran luar disebut cincin dan lingkaran dalam disebut inti.

Koin dengan model tersebut sering disebut sebagai koin bimetal. Umumnya koin bimetal terdiri dari nikel dan kuningan, nikel di bagian cincin atau sebaliknya. Namun tidak menutup kemungkinan ada koin bimetal yang memiliki warna yang sama tetapi gradasi warnanya berbeda.

Eksotisme koin yang unik ini tidak hanya dari cara pembuatannya saja, bobot koin bimetal juga menjadi sorotan karena lebih berat dibandingkan koin yang terbuat dari satu bahan saja. Sebagai pempanding kita gunakan contoh koin seribu rupiah gambar kelapa sawit. Dengan berat 8,6 gram dan diameter mencapai 22 milimeter jelas akan terasa berbobot koin ini.

Dengan pembuatan koin yang cukup sulit ini, jelas pemalsuan yang dilakukan  oleh oknum yang tak bertanggung jawab dapat diminimalisir. Beberapa negara di asia dan eropa punya koin bimetal yang dicetak massa. Bahkan di meksiko, koin bimetal sudah menjadi uang logam yang paling sering dikeluarkan oleh bank sentral meksiko. Sedangkan di indonesia baru sekali saja, yaitu koin seribu kelapa sawit yang kini mulai langka saat ini.

 Apa kabar kelapa sawit ?

Seiring dengan berjalannya waktu, koin bimetal di dunia internasional masih terus eksis dengan perkembangan dan desain, tetapi lain cerita dengan koin bimetal kita yang sering kita sebut uang seribu kelapa sawit. Uang seribu kelapa mengalami hal berbeda. Tidak ada lagi uang pengganti berbahan bimetal. Bahkan mencarinya pun kian susah di keseharian kita, mengapa ini bisa terjadi ?

Menurut situs tenpo.co, raibnya uang koin pecahan Rp 1.000 bergambar kelapa sawit di pasaran ternyata telah menjadi bahan baku emban akik alias pengikat batu akik. Tren batu akik kala itu membuat permintaan uang pecahan Rp 1000 terus meningkat. 

Menurut perajin batu akik yang asal Bojonegoro, Sujoko, mengatakan jika uang koin pecahan Rp 1.000 bergambar kelapa sawit menjadi bahan pengikat akik. Biasanya untuk satu emban akik, dibutuhkan tiga biji koin pecahan Rp 1000. Tetapi, uang tersebut hanya diambil tengahnya saja, terutama yang berwarna kuning bulat, dengan diameter dua sentimeter dan tebal dua milimeter

Hal tersebut membuat permintaan akan koin kelapa sawit menjadi melonjak. Awalnya uang receh hanya dijual kisaran Rp 2.000 per koin. Kini harganya melonjak menjadi Rp 5.000 per keping. Sehingga kini koin bimetal tidak hanya diburu oleh kolektor numismatik, tetapi juga para perajin wadah akik. [Ky. h]

Nb : berikut adalah koin bimetal yang saya foto sendiri dari koleksi pribadi. Selamat menikmati kawan. :-)

Komentar

Posting Komentar